Kamis, 07 Februari 2013

Bertanggungjawablah 100% dalam Kehidupanmu



Ini sebenarnya materi siaran Thank God Tomorrow is Friday di 88.9 @smartfm_sby untuk edisi hari ini, Kamis, 7 Februari 2013. Aku pengen bagikan materi ini karena memang ‘nyentil’ banget. Sangat pas dengan kondisi kebanyakan orang saat ini, termasuk aku, yang sering menyalahkan faktor external daripada internal atas kegagalan yang dihadapi.
Hasil riset ilmiah menyatakan bahwa 99% dari semua kegagalan berasal dari orang-orang yang punya kebiasaan berdalih. Bahasa Perancisnya kakehan alesan…!!! Selain kebanyakan berdalih, orang-orang gagal biasanya kebanyakan mengeluh (and I’m the one of them *sigh*). Hati-hati lho, mengeluh ini nggak semata-mata sering curhat, tapi bisa juga dengan bercerita terus-menerus tentang masalah yang dihadapi. Akan lebih baik jika kita menyukuri apa pun yang kita punya, termasuk masalah yang sedang kita hadapi, sehingga kita punya kekuatan dan kepercayaan diri untuk mengatasinya. Dengan banyak bersyukur, energy akan menjadi positif sehingga pikiran akan lebih terbuka, nikmat-nikmat akan ditambah, dan ujung-ujungnya kita akan dikayakan Allah SWT. Subhanallah. Ada lagi yang sering jadi kambing hitam jika kita gagal. Kita terlalu banyak menyalahkan, lingkungan, kehidupan, dan orang lain, tapi kita nggak juga keluar dari lingkaran setan itu. Mbuleeeet ae
So, kalau mau berhasil harus berani bertanggung jawab 100% dalam kehidupanmu. Rumusnya sederhana : PERISTIWA + REAKSI = HASIL. Maksudnya begini, PERISTIWA itu adalah kejadian yang sering kali ada di luar kendali kita, dengan kata lain kita bisa kena imbasnya. Nah, kalau kita beREAKSI positif, maka hasilnya juga positif. Sementara kalau REAKSI kita negatif, hasilnya ya negatif. Jadi bukanlah PERISTIWA itu yang mempengaruhi hasil yang kita inginkan, melainkan REAKSI yang akan menentukan hasil yang kita peroleh.
So, masih mau menyalahkan kejadian, atau orang, atau pihak lain atas kegagalan kita? Berhentilah sejenak, tarik nafas dalam, merenunglah, siapa tahu Andalah penyebab kegagalan selama ini. Lalu bangkit dan temukan solusinya….

                Matur nuwun sanget nggih Ustadz @Faqihsmart

Rabu, 06 Februari 2013

BILA KU MATI….




                Meninggalnya Mbak Nungky kemarin mau tidak mau membawaku kembali berpikir tentang kematian. Mbak Nungky meninggal dengan meninggalkan nama, personal brand, signature, tetenger, atau apalah namanya. Memang, beliau memulai karier 10 tahun lebih dulu dari aku, dan mental pecundangku pasti akan mengatakan, “Ya jelas, lha wong dia lebih matang pengalamannya daripada aku. Makanya dia bisa lebih ngetop.” Tapi kali ini mental pemenangku mengatakan, “Mbak Nungky bisa. Kamu pasti juga bisa. Cari jalannya sampan kamu menemukan signature-mu sendiri!”
                Nggak habis-habisnya aku berpikir, kok sampai seumuran sekarang aku belum punya signature apa-apa ya? Dulu nulis sering dimuat, tapi banyak yang nggak tahu. Bikin buku pakai nama sendiri ya gak kelar-kelar. Jadi penyiar ya nggak semua orang kenal. Nyanyi yo pales.  Akhirnya muncul pertanyaan dalam diri sendiri, “Lha kamu pengen mati dikenal sebagai apa atau orang yang bagaimana, Ning?” Ya embuh…. aku cuma pengen mati seperti Ibu. Khusnul Khatimah, bersih, nggak ngerepoti orang, banyak yang mendoakan, dan ujung-ujungnya surga. Dan aku yakin pasti banyak yang ngomong, "yo akeh tunggale, Niiiiiiing…."
                Ya… memang bukan itu maksudku. Aku hanya merasa belum ada catatan baik yang aku torehkan. Aku bukan orang baik yang disayang banyak orang, belum banyak orang yang mendapatkan manfaat dari aku, belum ada orang yang terinspirasi dari hidupku. Kalau itu semua memang belum ada, bagaimana orang dapat mengenang kita?
                Teringat saat-saat berkumpul bersama keluarga besar. Setiap waktu makan-makan dan ada sambal, semua orang langsung teringat sambal ibuku dan langsung terkenang semua ucapan dan tingkah polah Ibu yang memang selalu berhasil menyegarkan suasana di manapun berada. Ibu sudah membuat signature-nya yang memang lahir dari kesabaran. keceriaan, dan kebaikan hatinya. Waktu ibu meninggal, orang-orang banyak yang tersenyum mengantarkannya karena begitu banyak kenangan manis bersama Ibu yang membuat mereka memilih untuk tersenyum daripada menangis.Bahkan teman-teman kerja di radio lamaku ikut mengantar Ibu meski mereka tidak kenal secara langsung hanya karena mereka menyukai sup buntut yang pernah dibuatkan ibuku.
                Berbanding terbalik saat aku depresi dan pernah ditangani oleh seorang psikiater dulu. Saat itu yang terpikir di kepalaku hanyalah MATI. Tak tahu bagaimana caranya, pokoknya aku ingin mati untuk ‘menghukum’ orang-orang yang sudah menyakiti hatiku. Aku hanya ingin tahu sebebrapa pentingnya aku bagi mereka. Apakah mereka akan menangisi aku atau malah bersyukur aku dengan ‘sukarela’ meninggalkan dunia ini. Sadar bahwa aku sudah mencapai titik kritisku, aku pun mendatangi seorang psikiater yang akhirnya membantuku. Dan proses penyembuhanku ini pun kulakukan sendiri, bahkan orang tuaku pun nggak tahu. *sekaligus aku masih bingung kenapa dulu pernah pengen bunuh diri*
                Sekarang sih aku belum mau mati, tapi sering terpikir saat aku mati nanti akankah orang-orang menangis atau tersenyum? Siapa orang yang akan paling menangisi aku? Siapakah yang paling bersukur akan kematianku? Akankah banyak orang yang mengantarkan kepergianku hingga liang lahat? Akankah aku sudah meninggalkan signature sehingga media pun akan meliput kematianku? Banyakkah orang yang akan mengucapkan selamat tinggal di akun-akun socmed-ku?  Aku akan mati dalam keadaan apa? Pengennya sih aku tetap cantik seperti saat Ibuku meninggal dulu.
Ah….. terlalu banyak pikiranku mengenai kematian yang masih menjadi Misteri Illahi. Hanya satu pertanyaanku…. BILA KU MATI, KENANGAN SEPERTI APA YANG INGIN KAU DAPATKAN DARIKU?

Selasa, 05 Februari 2013

#RIPMakBongky



Aku nggak kenal Mbak Nungky a.k.a Nena secara langsung. Agak memalukan memang, kalau mengaku sebagai orang radio tapi tidak mengenal beliau. Tetapi siapa yang tidak mengenal nama besarnya? Apalagi beliau berhasil menancapkan brand sebagai Mak Bongky. Dengan kata lain, kalaupun orang tidak mengenal Mbak Nungky, orang pasti mengenal Mak Bongky.
Aku termasuk penikmat Mak Bongky sejak awal, termasuk saat dia tampil bersama Inggrid. Sebagai orang yang susah dipuaskan dengan lawakan nggak mutu, Mak Bongky kunilai berhasil membuat aku tertawa dengan celetukan-celetukan spontannya. Memang ndeso, tapi dibutuhkan kecepatan otak tinggi untuk nyamber setiap umpan yang dilambungkan. Menurutku Mak Bongky berhasil melakukannya, meski belakangan aku tidak mengikuti show terakhirnya di BBM JTV.
Saat aku mendengar Mbak Nungky stroke, yang pertama terlintas di pikiran adalah, “Hloh… trus yok opo Mak Bongky ne?” Pemikiran yang rada kurang ajar, memang. Bukannya memikirkan kesehatan Mbak Nungky tapi malah mikirin Mak Bongky. Tapi mau tidak mau pikiran itu muncul karena Mbak Nungky = Nena EBS = Mak Bongky. Berhari-hari terpikir tentang kelangsungan nasib Mak Bongky.
Saat pikiran itu sudah tidak terlalu mengganggu, suamiku mendengar cerita bahwa Mbak Nungky sering maengalami ‘halusinasi’ dengan bertemu ‘orang-orang’ dan sering tidak mengenali orang yang menemuinya. Waini. Aku hanya berkomentar, “Kok ngeri, Mas?” Setelah itu kami berdua tidak pernah membahasnya.
Senin Subuh, 4 Februari 2013, suami mengabarkan bahwa Mbak Nungky tiada. Memang, sejak semalam bb suami tidak berhenti berbunyi, kami kira itu pesan-pesan group biasa yang memang sering ramai di tengah malam sehngga tidak dihiraukan. Ternyata saat itu sudah ramai pesan tentang meninggalnya Mbak Nungki yang sempat anfal dan dibawa ke RSAL sebelum akhirnya mengembuskan nafas terakhir jelang pergantian hari.
                Kabar yang sukses membuat aku hang parah di awal minggu. Antara sedih karena kehilangan Mak Bongky, dan menyesal karena tidak sempat mengenalnya langsung. Termasuk rasa sedih karena bakal nggak ada lagi lawakan khas Mak mBongky yang ndeso tapi nyentil. Perjalanan antara rumah-bandara terasa jauh karena sepanjang jalan pengen mewek terus. Tinggallah satu pertanyaan yang sampai sekarang belum terjawab. Mbak Nungky pergi meninggalkan nama. Besok aku mati meninggalkan apa?
                Sugeng tindak Mak Bongky……

Minggu, 03 Februari 2013

RUMAH KEDUA

Dua hari ini aku menjadikan studio sebagai rumah keduaku. Maklum, garapan lagi banyak dan aku membutuhkan tempat yang nyaman untuk bekerja. Jika orang lain menghindari kantor di saat weekend, aku justru memilih kantor sebagai tempat yang nyaman untuk berkarya. Ah, tapi perlu dicatat, yang membuat nyaman di sini bukanlah kantornya, melainkan studionya.
Yups. Dari dulu aku selalu memilih studio sebagai tempat berkarya sekaligus beristirahat. Ruangan dingin, musik yang enak didengar (termasuk mendengarkan stasiun radio lain melalui radio streaming), ruang kedap suara yang membawa kita ke suasana tenang tingkat tinggi, adalah hal-hal yang membuat aku betah berjam-jam di dalamnya.
Aku teringat saat masih bekerja di radio yang studionya ada di dalam hotel itu. Sebagai penyiar part time, aku sering mengambil siaran di tanggal merah, menggantikan teman-teman penyiar yang mengambil jatah liburnya. Bukan semata-mata bayaran yang nambah, tapi nikmatnya berada di studio sambil mendengarkan musik belum ada yang bisa menyaingi. Bahkan saat lebaran pun aku memilih untuk tetap siaran. Bukan karena tidak ingin bersilaturahmi, tapi bisa dipastikan saat lebaran aku mengalami kelelahan tingkat tinggi dan tidak dapat beristirahat. Sementara di studio aku dapat siaran sambil meluruskan kaki, bahkan curi-curi merem saat durasi lagu + iklan sangat panjang.
Yang konyol adalah saat lebaran ternyata aku diberi jatah libur. Bingung karena sangat lelah dan tidak dapat beristirahat, akhirnya aku malah main ke radio lama sambil mengantarkan masakan lebaran. Sampai di sana ngobrol sama teman-teman sambil selonjoran di sofa.
Kemarin saat menyelesaikan editan tulisan, aku habiskan waktuku selama sekitar 10 jam di studio. Betah. AC dipasang dengan suhu yang tidak terlalu dingin. Menikmati lagu-lagu yang diputar sambil memantau radio tetangga via streaming, menikmati segelas kopi panas, sesekali browsing lagu lama di youtube. Semuanya menyenangkan.
Terpikir olehku untuk punya ruang kerja sendiri dengan atmosfer studio siaran. Bisa dijamin, produktiitas bakal melonjak kalau itu terealisasi. Atau membeli radio yang sudah establish, mungkin? *langsung buka dompet*


@DidiCahya

Sabtu, 02 Februari 2013

Saat beribu-ribu kata tak mampu mengungkapkan satu rasa........

................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................ (speechless)

Kamis, 31 Januari 2013

#selingkuh



                Entah mengapa tiba-tiba pagi ini isi di dalam kepalaku berisik sekali. Banyak yang ingin kutulis sampai akhirnya kuputuskan untuk kultwit tentang #selingkuh saja. Enjoy reading yaaaa….

Bbrp jam terakhir ini lagi rame perkara skandal sapi yg ada bau2 gratifikasi seks. Bicara ttg gratifikasi seks gak bakal jauh2 dr #selingkuh
Pasti banyak yg kaget, "Hloh, masak sih orang baik2 spt dia #selingkuh?" Kayaknya memang gak mungkin banget, tp ini nyata.
Terlepas dr kasus sapi, aku sempat dikagetkan oleh tangisan ibu2 penderita HIV yg dia ditulari oleh suaminya yg 'pria baik2'. #selingkuh
Ibu2 itu gak nyangka kalau ternyata suaminya yg 'baik2 itu #selingkuh jika bertugas ke luar kota. Oh ya, ibu2 ϑi sini berarti bbrp orang ya
Aku nggak mau 'nggebyah uyah' bhw suami yg sering keluar kota itu adalah para pe#selingkuh, tp memang banyak yg begitu.
Hal ini diperkuat saat suami masih kerja ϑi Bali. Sering teman/kolega nanya kalau mau 'begituan' ϑi Bali musti cari ke mana? #selingkuh
Permintaannya dari kelas 'teman' nyanyi ϑi karaoke sampai kelas hotel. #selingkuh
Pas rame2nya kasus Keyko aku nanya ke suami, ada kontaknya Keyko ϑi Bali gak? Saking seringnya dia ditanyain ttg bookingan sih. #selingkuh
Bukannya mengajak istri2 u/ parno, tp ini aku twit spy istri2 yg sering ditinggal tugas sering2 mendoakan suaminya spy ttp lurus. #selingkuh
Dan juga mengajak para suami u/ tetap ingat, tujuan bekerja sampai2 belain jauh dr keluarga itu u/ apa. Bukan u/ #selingkuh kan?
Pertanyaannya adalah.. apa yg #selingkuh itu cuma laki2, perempuan gak? Kata siapa? Perempuan juga rentan selingkuh kok. Sangat rentan malah
Tapi peluang perempuan #selingkuh gak sebesar laki2. Yg peluangnya besar itu adalah perempuan2 yg punya 'power' & keleluasaan.
Gimana mau leluasa #selingkuh kalau ada anak2 yg harus diurusin? Jadi, perempuan itu relatif aman untuk urusan selingkuh secara.....fisik...
Yups.... selingkuhnya perempuan itu lebih berbahaya karena cenderung #selingkuh hati, tidak semata2 selingkuh fisik.
Dengan kata lain, kalau perempuan #selingkuh hati, body milik suami, tapi hati nggak tau ada dimana. Hati-hati dengan hati...!!!
Serius nanya *dan penasaran*... Kalau cewek #selingkuh ciri2nya apa sih? *males searching artikel, carinya testimoni :p*
Seharian ngetwit ttg #selingkuh, kok tiba2 ada temen ngabari dia baru aja beli BB biar bisa dipake selingkuh..... Jiyaaaannn.....
Semoga dia becanda, nggak buat #selingkuh beneran.....

Nah…. itu twitku dari pagi sampai sore ini. Sebenarnya ngapain sih aku ngetwit ini? Gak ada maksud –sekali lagi- menggebyah-uyah atau nakut-nakutin. Hanya menyampaikan bahwa hal-hal buruk ada hanya beberapa inci di sekitar kita meski casingnya baik. Aku mendapat beberapa respon dari twit tadi. Ada laki-laki yang merasa tersinggung karena aku mengatakan bahwa sebagian besar laki-laki yang sering tugas ke luar kota itu selingkuh. Aku terima kok ketersinggungan itu, karena aku yakin dia laki-laki yang baik dan bertanggung jawab kepada keluarganya. Dengan kata lain….heeeeyyy….. masih banyak kok laki-laki baik di dunia ini, tergantung niatnya saja, mau memegang teguh komitmen kepada Tuhan atas pernikahannya atau tidak.
Sebagai gambaran, aku ceritakan sedikit tentang tipisnya membran yang mempertahankan diri untuk tidak selingkuh. Aku pernah kenal dengan seorang laki-laki yang waktu itu bertugas di Surabaya untuk sekian lama beberapa tahun lalu. Karena urusan pekerjaan kami dekat. Lama-lama kedekatan kami tidak sekadar urusan pekerjaan, pengennya sih lebih. Mengapa aku bilang ‘pengennya’? Karena dia –meskipun celah sudah terbuka- sangat menjaga dirinya agar tidak bergerak terlalu jauh untuk berhubungan dengan aku lebih dalam. Akhirnya kami pun menjaga hubungan baik sebagai teman dan ujung-ujungnya kalau ketemu ya tetap ngomongin kerjaan.
Jadi aku percaya bahwa di luar sana masih banyak suami atau istri yang memegang teguh komitmen pernikahan meski godaan sudah di depan mata. Semua itu berpulang kepada niat. Meski kesempatan untuk selingkuh sudah datang berkali-kali, kalau memang niatnya mau tetap lurus dan sadar bahwa setiap tarikan napas kita dipertanggungjawabkan kepada Sang Maha Pemberi Hidup, selingkuh pun tak akan terjadi.
Dalam hidup banyak sekali pilihan, tinggal Anda memilih yang mana dan siap mempertanggungjawabkannya…..