Beberapa minggu ini dunia peradioan
Surabaya bergerak lagi dengan adanya radio yang sedang melakukan repositioning
dan radio yang baru pindah jalur dari AM ke FM. Seperti biasa, ada satu saja
radio baru, SDM-SDM radio bakal ikut bergerak, entah pindah diam-diam, hijacking,
atau bahkan bedol desa, apalagi ini ada dua. Bursa ‘colek-colek’ SDM biasanya berlangsung
beberapa minggu, bahkan beberapa bulan sebelumnya. Aku termasuk yang MENGAMATI pergerakan
itu, meski kadang-kadang ada beberapa pergerakan yang tidak tertebak dan
lumayan bikin kaget.
MENGAMATI? Ya, cuma mengamati,
karena memang nggak ada pengambil keputusan dari radio-radio yang sedang
bergerak itu ‘nyolek’ aku. Entah sekedar woro-woro, nyolek, atau sekalian
membajak. Dengan kata lain, tidak seorang pun yang mengajak aku untuk ikut
dalam arus pergerakan itu, sementara teman-teman lain mendapatkan tawaran untuk
bergabung.
Sedih? Pasti! Ada perasaan
terbuang, nggak dibutuhkan lagi, ‘tidak terlihat’, dan perasaan-perasaan nggak
enak lainnya. Sampai-sampai aku mikir, “Duuuuuh…. aku di radio baru 10 tahun,
sudah sedemikian nggak lakunya yaaaa….”
Tapi keadaan yang tidak mengenakkan
itu sebenarnya menjadi moment yang tepat untuk merenung. Dan dari perenungan
itu aku mengambil kesimpulan bahwa kalau akhirnya kemarin-kemarin aku bisa
mencapai posisi bagus itu nggak lebih karena aku BERUNTUNG. Yups…. faktor luck
sangat berpengaruh dalam karirku di radio. Keberuntungan ini bukanlah sesuatu
yang jatuh dari langit, tapi lebih kepada kesiapanku menangkap kesempatan.
Dengan kata lain, waktu itu banyak sekali kesempatan di radio yang dilempar ke
aku dan aku berhasil menangkapnya.
Dan akhirnya aku berpikir lagi, “Lha
kenapa kok belakangan kesempatan nggak datang lagi?” Jadi deh merenung lagi……
Bisa jadi sebenarnya kesempatan itu sudah datang, tapi aku sia-siakan. Bisa
jadi ini semua akibat kesalahan masa lampau pas aku jadi manager dengan image
galak dan nggak semua orang bisa menerimanya sehingga di luar sana beredar
kabar miring tentang aku. Bisa jadi orang salah ngira karena aku pernah jadi GM
maka dipikir orang-orang aku pasti minta bayaran mahal (kalau iya sih
alhamdulillah). Bisa jadi AKUNYA YANG KE-GEER-AN MENGIRA ILMUKU DI DUNIA RADIO
SUDAH MUMPUNI sehingga yakin bahwa pasti radio-radio butuh aku, padahal
skill-ku belum ada apa-apanya.
Perenunganku bermuara pada
kemungkinan terakhir. Ya, dibandingkan teman-teman SDM lainnya, skill-ku belum
ada apa-apanya. Ngurusin program, baru sebatas bikin program, hotclock, nyusun
jadwal penyiar. Ngurusin musik, pengetahuanku tentang musik ya nggak banyak.
Ngurusin produksi, apalagi. Cuman bisa bengong di depan cool edit, adobe, dan
software-software yang aku gak ngeh blas. Ngurusin jualan, yo gak tau nduwe
billing.
Kalau melakukan kilas balik dan
akhirnya menemukan kekurangan-kekurangan itu, aku jadi geleng-geleng kepala
sendiri. Berarti kemarin itu aku benar-benar beruntung yaaaaa….. Kompetensi
segitu doang bisa jadi GM. Meski sebenarnya sedih banget karena jadi GM
sebentar doang. Lha gimana lagi, kondisi nggak memungkinkan untuk aku tetap
tinggal di Semarang. Tapi tetap lah, masih lebih banyak yang harus disyukuri
daripada disesali.
Ya nggak papa lah kalau memang
gitu. Sekarang tinggal mikir gimana caranya menciptakan kesempatan itu lagi,
nggak semata-mata nungguin kesempatan datang menghampiri. Yang ada sekarang dinikmati
aja. Kalau memang harus jadi part timer, ya jadi part timer yang baik aja laaaah….
Siapa tahu justru dengan begitu pintu rejekinya malah ada di mana-mana…..
Hehehe…..
Semoga galauku sebagai SDM radio
yang udah nggak laku nggak berkelanjutan yaaaaaa…….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar