Rabu, 14 Maret 2012

Look Who's Talking....

Pernah terpikir nggak, seseorang itu mendengar omongan seseorang semata-mata bukan karena APA yang disampaikan melainkan SIAPA yang menyampaikan? Sebenarnya prinsip beginian gak sepenuhnya benar sih...tapi apa boleh buat, lebih banyak orang menyimak sesuatu karena siapa yang menyampaikan. Misalnya, saat kita menyampaikan sesuatu kepada sahabat, let's say memotivasi, dia cuma mendengarkan, tanpa action. Tapi coba kalau yang menyampaikan seorang trainer atau motivator.... whuuuzzzzz.... langsung berangkatlah dia....

Ini pula yang terjadi di tempat kerjaku beberapa waktu lalu. Sempat ada suasana nggak enak karena seorang teman bersungut-sungut saat aku menyampaikan suatu ide. Dengan jengkel dia menyampaikan bahwa dia sudah menyampaikan ide serupa ke atasan, tapi diabaikan. Waktu aku tanya apa alasan ide itu ditolak, dia semakin bersungut-sungut. Akupun berkata bahwa aku akan mencoba ngomong ke atasan, dia cuma mencibir dan meragukan bahwa kalau aku menyampaikan ide itu ke atasan bakal diterima, bahkan direalisasikan. Saat itu juga aku langsung BBM atasanku (BBM ya, bukan ngomong face to face) untuk menyampaikan ide itu dan langsung di-ACC...!!!

Ujung-ujungnya aku malah dipojokkan, katanya memang beliau hanya mau mendengarkan omonganku, bukan yang lainnya. Dalam hati aku tertawa.... wah, bakal kejadian lagi nih aku dituduh pakai pengasihan agar atasanku yang keras kepala itu mau tunduk sama aku. Serius! Beberapa waktu lalu aku sempat dituduh pakai pengasihan oleh beberapa pihak yang aku juga nggak tahu apa motivasinya kok mengeluarkan pernyataan itu. Hahahaha.... pada percaya kalau aku pakai pengasihan? That's all bullshit.... :D

Pasca kejadian di kantor itu aku jadi mikir, sebenarnya apa sih yang membuat omongan seseorang diperhatikan sementara yang lainnya diabaikan? Menurutku kok itu semua nggak lepas dari kompetensi dan kredibilitas ya? Semakin kompeten dan kredibel diri kita, semakin banyak orang yang memperhatikan diri kita. Berarti, kalau kepengin omongan kita didengarkan banyak orang, nggak bisa ditawar lagi, kita harus meningkatkan kompetensi dan kredibilitas kita. Kalau ternyata kompetensi dan kredibilitas kita belum mumpuni tapi kita sudah ramai berkoar-koar dan 'memaksa' orang lain untuk mendengarkan, apa bedanya kita dengan orang yang OMDO alias OMong DOang?

Gimana? Siap untuk didengarkan?

-didicahya-

Tidak ada komentar: