Jumat, 16 Maret 2012

Rejeki = Usaha + Kebajikan

Yups. Rejeki = Usaha + Kebajikan. Bukan aku yang bilang gitu, tapi Kiatno Soechinto, pemilik PT. Manggala Jaya. Kiatno sore itu (Rabu, 14 Maret 2012) datang untuk talkshow di Program Surabaya Preneurship Smart FM Surabaya. Jujur, pertama ngelihat dia pas nunggu siaran di sofa tamu, aku males. Bukannya apa-apa, biasanya sih kalau yang datang (maaf) koko-koko, ujung-ujungnya nggak ngomongin bisnis tapi lebih ke promosi produk dan kelebihan dia dalam berusaha. Pokoknya males deh.....

Masuklah kami ke sesi talkshow. Dan aku mulai bingung mengawal obrolan. Kenapa? Aku nggak ada bayangan sama sekali tentang apa yang menarik dari usahanya yang merupakan distributor sarung tangan dan masker plus produsen lilin. Semula aku kira yang dia jual sarung tangan dan masker untuk pengemudi motor. Ternyata bukan. Dia jualan masker dan sarung tangan untuk kebutuhan pabrik dan medis. Lhah, pasarnya kan nggak luas, gitu pikirku. Belum lagi dia punya pabrik lilin. Tambah sinting deh kayaknya orang ini! Di saat PLN sedang meningkatkan kualitas pelayanan dan banyaknya lampu darurat, kok dia malah bikin pabrik lilin?

Aku mulai tertarik dengan Koko Kiatno ini, apalagi waktu tahu bahwa dia sengaja resign dari kerjanya di bank asing demi memulai wirausaha. Alasannya, dia ingin punya waktu yang lebih leluasa untuk bersama keluarga dan teman-teman. OK. Alasan mulia -dan umum-. Tapi, ternyata Koko Kiatno juga pernah menyesali keputusannya itu! Apa pasal? Dari dia yang bekerja di bank asing dan memutuskan resign, bulan pertama berwirausaha omzetnya HANYA 75 RIBU RUPIAH! Bulan kedua cuma dapat 500 ribuan. Padahal dia dan partnernya udah patungan masing-masing 10 juta rupiah. Angka yang cukup besar untuk ukuran 2003! Tapi berkat keuletannya dan pantang berputus asa, dia akhirnya bisa survive dan perusahaan semakin besar.

Kegilaan yang lain adalah pabrik lilin. Hare gene masih bikin lilin? Dan pertanyaanku nggak salah. Kiatno sudah sempat putus asa dan hampir menjual 4 unit mesin produksi pabrik lilinnya yang dia mulai sejak 2009. Apalagi pas Dahlan Iskan pegang PLN dengan kebijakannya u/ meminimalkan pemadaman bergilir. Tambah meningkat kualitas pelayanan PLN berarti semakin jarang listrik padam dan semakin berkurang dong kebutuhan lilinnya...

Putus asa? Iya. Putus mikir? Enggak. Kiatno melakukan manuver pikiran dengan cara pikir gini ; Saat pelayanan PLN semakin baik, maka kebutuhan lilin akan meningkat. Mengapa? Karena kalau kualitas pelayanan PLN buruk berarti durasi pemadaman listrik semakin panjang dan orang-orang lebih membutuhkan genset. Sementara kalau listrik padamnya cuma sebentar, orang lebih membutuhkan lilin daripada genset. Masyuuuuuukkk....!!!!

Belum lagi dia menggenjot penjualan saat peak di akhir tahun. Mengapa di akhir tahun permintaan lilin meningkat? Karena itu adalah saat musim hujan datang dan listrik sering galau alias labil. Seringkali dia kewalahan memenuhi permintaan lilin di akhir tahun. Yang terjadi adalah pabriknya setiap hari memproduksi lilin untuk memenuhi kebutuhan di akhir tahun itu, sehingga dengan stock yang banyak dia bisa menangani semua pesanan lilin di akhir tahun. Saat dia putus asa, dia hampir menjual 4 unit mesin produksinya. Sekarang dia punya 8 unit mesin produksi lilin!!!

Apa itu saja yang bikin aku kagum sama Koko Kiatno? Nope! Meski keyakinan kami beda, kami sepakat bahwa REJEKI = USAHA + KEBAJIKAN. Jujur, ini yang jaraaaaaang banget diungkapkan sama narsum-narsumku di Surabaya Preneurship. Dia berusaha untuk selalu menebarkan kebajikan dengan bersedekah (memberi donasi) dan hebatnya, ini diikuti oleh karyawan-karyawannya! Ya... mereka 'hanya' karyawan, tapi mereka dermawan.

Kebajikan lainnya adalah bagaimana dia sangat menghargai partnernya dan tidak rakus. Di off air diceritakan bahwa partner yang dari awal patungan dan bersama-sama membesarkan perusahaan memutuskan untuk berhenti di saat mereka sebenarnya sedang berencana membuat pabrik baru. Yang terjadi adalah, Kiatno memberikan hak partnernya itu berupa dana ratusan juta yang semula akan digunakan sebagai investasi pabrik baru. Dari uang 10 juta, partnernya mendapatkan bagiannya sekian ratus juta. Padahal bagi sebagian orang, bisa saja dia nggak memberikan hak partnernya.

Selesai talkshow obrolan nggak segera berhenti. Sebagai entrepreneur baru, aku berusaha menyerap ilmu dari dia sambil berkonsultasi. Serius! Dan dia ternyata murah berbagi ilmu dan pengalaman, termasuk bagaimana memaintain karyawan hingga formula bagi hasil. Di akhir pembicaraan dia bilang bahwa sebenarnya dia pun belum menjadi siapa-siapa. Wow..... so humble....

Menyenangkan kalau ada orang yang berbaik hati rela berbagi banyak ilmu dan pengalamannya. Semoga ke depannya aku bisa dapat narsum dahsyat seperti ini lagi.....



-didicahya-

1 komentar:

ideastore mengatakan...

yuhuuu.... ayo kapan aku diajak talksyo?