Rabu, 27 Juni 2012

LAKUKAN DENGAN CINTA...

Saat pertama aku berjumpa perempuan ini, aku nggak terlalu perhatian. Memang, salah satu sifat burukku adalah sering under estimate sama orang lain. Sampai akhirnya perempuan ini dipanggil sebagai narasumber untuk acara wirausaha Surabaya Preneurship. Lagi-lagi -waktu itu- aku mikir, "Batik lagi...batik lagi..."

Sampai akhirnya aku bertemu lagi dengan perempuan ini 10 menit sebelum on air. Suaranya pelan, meski dari gerak-geriknya dia cukup energik. Tiba-tiba dia ngomong, "Saya nggak suka disebut pengusaha. Saya guru." Hlaaaahh... salah undang orang dong radio gue. Trus dia melanjutkan, "Kalau saya akhirnya empat kali ke Jepang dan beberapa kali keluar negeri, itu bukan semata-mata karena saya pengusaha." Telingaku mulai tegak mendengar kan and the story goes....

Namanya A. Anita Kusumawati, ST. Dia lulusan Teknik Industri. Aku nggak tanya berapa usianya dan dia lulusan mana. Yang jelas, dia salah satu entrepreneur yang sudut pandangnya berbeda dari banyak entrepreneur yang pernah aku undang. Jika kebanyakan narsumku berapi2 menyatakan mereka menjadi pengusaha karena tidak mau menjadi karyawan dan ingin bermanfaat bagi orang lain, Anita malah menjadi entrepreneur karena hobi yang dilakukannya dengan penuh cinta. 

Dia mengawali bisnisnya dengan belajar membatik dan menyoba membatik di atas kayu pada 1997, jauh saat batik belum booming seperti sekarang. Lalu dia belajar bahasa Jepang selama setahun dan mulai bekerja sama dengan hotel-hotel untuk menjadi pengajar batik di situ, sampai akhirnya dia bertemu dengan pecinta-pecinta batik dari luar negeri, terutama Jepang. Pengalamannya yang tak terlupakan adalah saat dia diundang ke Jepang oleh seorang nenek berusia 76 tahun yang menyukai karyanya. Ternyata, si nenek itu adalah pengrajin kimono yang sangat disegani di Saga. 

Dia juga bercerita bagaimana saat dia bertekad untuk umrah pada 2006 dan ternyata uangnya tak bersisa, bahkan untuk produksi sekalipun. Tiba-tiba penggemar karyanya dari luar negeri datang ke showroomnya dan memborong semua barang yang ada sehingga cash flow dia kembali sehat dan dia bisa berangkat umrah dengan tenang.

Saat ditanya oleh pendengar tentang bagaimana dia dapat bertahan dalam bisnis batik di tengah gempuran pengusaha-pengusaha batik dadakan, dia dengan tenang berkata bahwa dia melakukan hobinya ini dengan penuh cinta dan tulus, sehingga dalam berkarya pun dia tidak terganggu dengan energi-energi negatif yang dapat mempengaruhinya. Bahkan dengan polos dia bilang, "Saya itu orangnya pelupa, Mbak. Jadi sering saya habis marah sama orang, terus ketemu lagi dengan orang itu, saya sudah lupa kalau pernah sakit hati sama dia." Enak banget ya hidup dia :D

Sekarang karya dia sudah melanglang buana, dan memang mayoritas masih di Jepang, Taiwan, dan Thailand. Itu pun Mbak Anita sudah kewalahan melayani pesanan. Kalau pengen ketemu dia, samperin aja di Novotel atau Mercure Surabaya. Belajar batik ke dia murah kok, cuma 35 ribu. Seru kan....

Makanya.... kalau masih ada yang bingung mau berbisnis apa, coba renungkan lebih dalam lagi apa kegiatan yang sangat kalian cintai. Siapa tau kalau ditekuni bisa mendatangkan hasil seperti yang dilakukan Mbak Anita :)


-@DidiCahya-

Tidak ada komentar: