Rabu, 20 Februari 2013

GUDANG IDE



Pernah (atau sering?) aku dikritik, “Kamu terlalu sering memberi ide, memberi konsep kepada orang lain. Padahal ide itu mahal!” Ouch…. menohok juga ya… Apalagi selama ini aku nggak pernah memberi ide atau konsep bisnis yang bernilai nominal tertentu. Tapi itu sering kulakukan lagi…lagi…lagi…. dan lagi….
Aku pernah memberi ide kepada salah seorang teman pelaku usaha yang waktu itu usahanya hampir collaps. Dia membuat snack pisang goreng yang sebenarnya enak, tapi menurutku monoton dan harga jual terlalu mahal. Aku beri masukan berupa ide pengembangan resep, bahkan strategi pengembangan bisnis. Tapi dari raut wajahnya aku tahu bahwa dia tidak menerima ideku karena masih mendahulukan idealisme dia. That’s OK. No hard feeling. Aku hargai kengototan dia menjalani strategi bisnis berdasarkan idealismenya meski kalau aku hitung dari cash flow dia rugi banget. Dan beneran, usahanya bangkrut. Sekarang aku kehilangan kontak sama dia.
Ada lagi seorang teman yang memiliki ibu pandai membuat risoles. Sudah aku buatkan ide variasi menu dan konsep bisnisnya, bahkan sampai ke nama-nama risoles yang unyu-unyu dan bakal menarik minat orang untuk beli. Tapi lagi-lagi konsep sekedar konsep. Sampai sekarang 1001 menu risoles beredar di pasaran, dia juga nggak memulai bisnis juga.
Ada juga seorang teman yang maniak kopi, bahkan sudah belajar membuat aneka jenis minuman kopi saat sedang tinggal di luar negeri. Pas balik ke Indonesia bingung mau buka kafe. Aku kasih ide + konsep bikin kopi sachet dg racikan khas Indonesia yang bisa dia pasarkan sampai ke luar negeri, kuatin brand dia, sampai akhirnya bisa bikin kafe saat brand dia udah terbentuk. Nggak dijalanin juga. But that’s OK 4 me.
Nah, kenapa kok kesannya aku ini obral ide? Kepalaku ini kayak gudang, tepatnya gudang ide. Yang namanya gudang, kalau barang-barang lama nggak dikeluarin, nggak bakal ada barang baru bisa masuk. Demikian juga dengan ide. Saat ide nggak dikeluarkan, dia akan membusuk di otak. Akibatnya, kita jadi males, nggak tertantang untuk cari ide lagi. Lebih parah lagi, kita bakal dikenal sebagai orang yang nggak punya ide gara-gara ide disimpan doang.
Beberapa waktu lalu aku tertegun saat seorang teman menyarankan agar aku tidak banyak mengekspos kegiatan komunitasku di social media karena di luar sana banyak orang yang bisa sewaktu-waktu mencuri ide kita. Padahal prinsipku adalah tak mengapa ide kita dijiplak, selama ide itu sudah dipublish, karena itu berarti kita telah menginspirasi orang lain untuk berbuat atau bergerak. Itu menjadi tantanganku untuk kembali memutar otak, mencari ide atau konsep baru yang jauuuh lebih baik.
Yaaaa…. orang memang berbeda-beda dalam berpendapat atau memandang sesuatu. Aku sangat menghargai itu. Tapi yang jelas, aku tidak menginginkan kepalaku menjadi gudang yang menyimpan ide-ide lama yang apek, tidak dikeluarkan. Biarlah kepalaku menjadi gudang ide yang siap mengeluarkan ide-ide sekaligus menampung ide baru yang bisa dikeluarkan sewaktu-waktu. Insya Allah….

Tidak ada komentar: