Pernah (atau sering?) aku dikritik,
“Kamu terlalu sering memberi ide, memberi konsep kepada orang lain. Padahal ide
itu mahal!” Ouch…. menohok juga ya… Apalagi selama ini aku nggak pernah memberi
ide atau konsep bisnis yang bernilai nominal tertentu. Tapi itu sering
kulakukan lagi…lagi…lagi…. dan lagi….
Aku pernah memberi ide kepada salah
seorang teman pelaku usaha yang waktu itu usahanya hampir collaps. Dia membuat snack pisang goreng yang sebenarnya enak, tapi
menurutku monoton dan harga jual terlalu mahal. Aku beri masukan berupa ide
pengembangan resep, bahkan strategi pengembangan bisnis. Tapi dari raut
wajahnya aku tahu bahwa dia tidak menerima ideku karena masih mendahulukan
idealisme dia. That’s OK. No hard feeling. Aku hargai kengototan dia menjalani
strategi bisnis berdasarkan idealismenya meski kalau aku hitung dari cash flow dia rugi banget. Dan beneran,
usahanya bangkrut. Sekarang aku kehilangan kontak sama dia.
Ada lagi seorang teman yang memiliki
ibu pandai membuat risoles. Sudah aku buatkan ide variasi menu dan konsep
bisnisnya, bahkan sampai ke nama-nama risoles yang unyu-unyu dan bakal menarik
minat orang untuk beli. Tapi lagi-lagi konsep sekedar konsep. Sampai sekarang
1001 menu risoles beredar di pasaran, dia juga nggak memulai bisnis juga.
Ada juga seorang teman yang maniak
kopi, bahkan sudah belajar membuat aneka jenis minuman kopi saat sedang tinggal
di luar negeri. Pas balik ke Indonesia bingung mau buka kafe. Aku kasih ide +
konsep bikin kopi sachet dg racikan khas Indonesia yang bisa dia pasarkan sampai
ke luar negeri, kuatin brand dia, sampai akhirnya bisa bikin kafe saat brand
dia udah terbentuk. Nggak dijalanin juga. But that’s OK 4 me.
Nah, kenapa kok kesannya aku ini
obral ide? Kepalaku ini kayak gudang, tepatnya gudang ide. Yang namanya gudang,
kalau barang-barang lama nggak dikeluarin, nggak bakal ada barang baru bisa
masuk. Demikian juga dengan ide. Saat ide nggak dikeluarkan, dia akan membusuk
di otak. Akibatnya, kita jadi males, nggak tertantang untuk cari ide lagi. Lebih
parah lagi, kita bakal dikenal sebagai orang yang nggak punya ide gara-gara ide
disimpan doang.
Beberapa waktu lalu aku tertegun
saat seorang teman menyarankan agar aku tidak banyak mengekspos kegiatan
komunitasku di social media karena di luar sana banyak orang yang bisa
sewaktu-waktu mencuri ide kita. Padahal prinsipku adalah tak mengapa ide kita dijiplak,
selama ide itu sudah dipublish, karena itu berarti kita telah menginspirasi
orang lain untuk berbuat atau bergerak. Itu menjadi tantanganku untuk kembali
memutar otak, mencari ide atau konsep baru yang jauuuh lebih baik.
Yaaaa…. orang memang berbeda-beda
dalam berpendapat atau memandang sesuatu. Aku sangat menghargai itu. Tapi yang
jelas, aku tidak menginginkan kepalaku menjadi gudang yang menyimpan ide-ide
lama yang apek, tidak dikeluarkan. Biarlah kepalaku menjadi gudang ide yang
siap mengeluarkan ide-ide sekaligus menampung ide baru yang bisa dikeluarkan
sewaktu-waktu. Insya Allah….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar